A.
Latar
Belakang
Belakangan
ini kita semakin sering mendengar istilah Global
Warming dan rumah kaca. Isu lingkungan seperti krisis energy pun terus
muncul ke permukaan dalam berbagai kesempatan. Bumi memang tengah memasuki masa
krisis. Wajar jika isu – isu lingkungan semakin gencar disuarakan, sebab
kerusakan lingkungan yang amat dahsyat membuat bumi beserta isinya menderita.
Salah satu tanda rusaknya alam adalah tingginya kadar karbon dioksida (CO2)
di udara, yang di hasilkan oleh industri dan konstruksi.
Apa
Saja Penyebab Perusakan Lingkungan?
1.
Jumlah
Manusia yang Bertumbuh
Jumlah
penduduk terus bertambah. Tentu kita dapat merasakan bahwa kota tempat kita
tinggal semakin sempit dan ramai setiap harinya. Kepadatan penduduk menyebabkan
kebutuhan konsumsi tinggi. Di pihak lain, daya pikat kota besar membuat
penduduk lebih tertarik pergi dan bekerja di kota. Hal ini menyebabkan
infrastruktur desa terbengkalai dan kota besar berkembang secara tidak terarah.
2.
Eksploitasi
dan Konsumsi yang Berlebihan
Contohnya
kita bias liat dalam skala rumah tangga. Apabila dulu orang sudah merasa cukup
hanya dengan memiliki hunian secukupnya dengan taman luas maka saat ini, area
hijau tidak lagi menjadi prioritas. Yang utama adalah kenyamanan tinggal, alat
elektronik modern serta sambungan telekomunikasi.
3.
Sumber
Daya Tak Terbarukan
Banyak
sumber daya alam yang digunakan untuk kebutuhan manusia dan konstruksi.
Sayangnya, sumber daya alam tersebut merupakan sumber daya alam yang tak
terbarukan. Contohnya biji besi, baja, batu dll. Tak mengherankan, eksploitasi
besar – besaran terhadap sumber daya yang di lakukan terus menerus dan tidak
terkendali membuat kita kehabisan sumber daya dengan cepat.
4.
Proses
Pengolahan dan Transportasi
Hal
tersebut di karenakan bahan dasar material yang memanfaatkan sumber daya alam,
proses pengambilannya pun membutuhkan energi atau bahan bakar dalam jumlah
banyak. Kemudian, material ini harus di angkut dari tempat pengolahan ke tempat
konstruksi. Selain membutuhkan energi dan bahan bakar, semua proses tersebut
juga menimbulkan emisi atau gas buangan hasil proses pembakaran energi.
5.
Pemanasan
Global
Fakta global warming saat ini
sangat mengkhawatirkan. Al-Gore lewat filmnya “Inconvenient Truth” mengemukakan
data – data yang mengejutkan. Semenjak revolusi industry, dalam waktu krang
dari 20 tahun, suhu bumi meningkat 2 derajat. Pada 2100, disinyalir akan naik
58 derajat celcius.
6.
Konstruksi,
Penyumbang Kerusakan Lingkungan Terbesar!
Sangat
ironis! Pembangunan
atau konstruksi yang selayaknya di lakukan untuk meningkatkan kualitas hidup
manusia justru menjadi penyumbang kerusakan alam terbesar. Secara global,
sektor konstruksi mengonsumsi 50% sumber daya alam, 40% energi dan 16% air.
Konstruksi juga menyumbangkan emisi CO2 terbanyak , yaitu 45%.
Kontribusi bidang konstruksi terhadap kerusakan alam, yaitu sebagai berikut.
Lalu apakah kita harus menghentikan pembangunan konstruksi? Tentu saja buka itu jalan keluarnya. Karena manusia pada dasarnya memang membutuhkan bangunan untuk berlindung dan melakukan kegiatan. Yang paling tepat adalah kita harus melakukan pembangunan secara bijaksana. Salah satu caranya adalah dengan menerapkan green architecture atau arsitektur hijau.
Kontribusi bidang konstruksi terhadap kerusakan alam, yaitu sebagai berikut.
a.
Pengambilan
material
b.
Proses
pengolahan material
c.
Distribusi
material jadi dari sumbernya ke pemakai
d.
Proses
konstruksi
e.
Pengambilan
lahan untuk bangunan
f.
Konsumsi
energi sampai di mulai saat bangunan dipakai.
Lalu apakah kita harus menghentikan pembangunan konstruksi? Tentu saja buka itu jalan keluarnya. Karena manusia pada dasarnya memang membutuhkan bangunan untuk berlindung dan melakukan kegiatan. Yang paling tepat adalah kita harus melakukan pembangunan secara bijaksana. Salah satu caranya adalah dengan menerapkan green architecture atau arsitektur hijau.
B. Pengertian
Arsitektur Hijau
Arsitejtur
Hijau adalah suatu pendekatan pada bangunan yang dapat meminimalisasi berbagai pengaruh
buruk yang disebabkan proses konstruksi terhadap lingkungan alam maupun manusia
dan menghasilkan tempat hidup yang lebih baik dan lebih sehat, yang
memanfaatkan sumber daya alam secara efisien dan optimal
C.
Penerapan
Arsitektur Hijau
Dalam
menerapkan arsitektur hijau, ada beberapa hal yang perlu di perhatika, yaitu
sebagai berikut.
1.
Material
a.
Dari
mana dan bagaimana produsen mengambil lahan dasar material
Material yang berasal
dari sumber alam yang dapat diperbaharui, misalnya kayu atau bambo, seyogyanya
di ambil dari pohon atau tanaman industri yang memang dipelihara untuk memenuhi
kebutuhan konstruksi. Sedangkan untuk penggunanaan material yang tidak dapat
diperbaharui seperti logam, gunakanlah secara bijaksana. Selain itu, produsen
alumunium dan baja seharusnya juga memiliki teknologi daur ulang. Dengan
demikian secara tak langsung kita dapat menghemat sumber daya alam.
b.
Transportasi
bahan dasar material
Transportasi
bahan dasar atau bahan mentah dari lokasi asal ke pabrik dan dari pabrik ke
tempat berlangsungnya konstruksi memang tidak bisa di hindari. Namun, dampak
buruk dari aktivitas tersebut dapat di kurangi dengan memperpendek jarak pabrik
dan lokasi penambangan atau penggalian. Singkat kata, pilihlah material dengan
transportasi terpendek.
2.
Proses
Pembangunan Konstruksi
a.
Mengoptimalkan
penggunaan material termasuk sisanya
Dengan
perencanaan yang matang, kelebihan material dapat dihindari. Jika ada sisa pun
material tetap dimanfaatkan sehingga tidak terbuang percuma. Misalkan, sisa
batu bata bias dijadikan media menanam tanaman.
b.
Reuse
dan recycle
Banyak
keuntungan yang bisa kita peroleh dari memakai material bekas. Contoh material
bekas yang gampang ditemukan adalah penutup jendela, lantai, pintu dan berbagai
fitting. Penggunaan bahan daur ulang
juga memiliki banyak manfaat, yaitu mengurangi konsumsi bahan mentah dan
energy, mengurangi limbah dan menjaga kondisi bumi. Alumunium hasil daur ulang
merupakan contoh material yang signifikan tingkat penghematan energinya, yaitu
mencapai 95% dibandingkan alumunium baru.
3.
Penggunaan
Air
Memanfaatkan
material bangunan yang tidak memerluakan atau hanya mengonsumsi sedikit air –
misalnya GRC untuk dinding – sangat di anjurkan. Jika harus menggunakan dinding
beton yang dalam campurannya membutuhkan air, sedapat mungkin disediakan tangki
air hujan terlebih dahulu di lokasi pembangunan. Air hujan dari bak penampung
bisa dimanfaatkan untuk menurukan biaya konstruksi sekaligus menjalankan upaya
konservasi air bersih.
Pada
intinya, konsep arsitektur hijau adalah suatu harnonisasi antara alam dengan
bangunan. Bangunan merupakan hal terpenting dalam keberlangsungan hidup manusia
sebagai tempat berlindung, sedangkan alam adalah tempat semua yang dibutuhkan
manusia berada, sehingga antara bangunan dan alam harus memiliki keseimbangan
atau harmonisasi untuk kepentingan seluruh umat manusia bersama. Oleh karena
itu, mari terapkan arsitektur hijau sekarang!
*)
presentasi Alex Buechi pada Sustainable Construction Workshop, 24-25 Juni 2007
http://www.gunadarma.ac.id
tmbahin gambar ya bu,,,,byarlebih jlas=>
BalasHapusTOP DECH,,,,
BalasHapusthanks kak, iyah nanti di tambahin :D
BalasHapus